IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI 

DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

Setiap orang memiliki karakteristik dan keunikannya masing-masing. Begitu halnya dengan murid, mereka terlahir dengan keadaan beragam, dengan karakteristiknya masing-masing. Implikasi dari keberagaman tentu saja berdampak pula pada kebutuhan belajar murid yang juga beragam. Oleh karena itu sebagai guru yang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik dan pengajar dituntut memiliki kemampuan dalam melayani pembelajaran yang beragam dengan sebaik-baiknya. Layanan pembelajaran beragam inilah yang disebut pembelajaran berdiferensiasi. Bagaimana guru dapat melaksanakan pembelajaran diferensiasi yang tepat dan efektif untuk murid yang beragam?. Tentu saja guru harus memahami apa itu pembelajaran diferensiasi, jenis-jenis pembelajaran berdiferensiasi, bagaimana menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana melakukan asesmen pembelajaran berdiferensiasi. 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang kecepatan belajarnya tinggi dengan yang kecepatan belajarnya rendah. Ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran berdiferensiasi itu sendiri adalah  lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas yang efektif. Seorang guru dalam menerapkan merdeka belajar harus bisa menjadi fasilitator murid dalam belajar, menghamba padanya sehingga potensinya dapat berkembang dengan optimal. Oleh karena itu, guru harus bisa memastikan bahwa setiap murid mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik yang sesuai untuk mereka. 

Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan di kelas? Hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain: 1) Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid. Kegiatan dapat dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dll; 2) Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan dengan memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar; 3) Mengevaluasi dan merefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.

Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok dan bagian yang sangat penting dalam tahapan pembelajaran berdiferensiasi agar dapat menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil pemetaan kita tidak tepat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang dilakukan menjadi kurang akurat menjawab kebutuhan murid. Untuk memetakan kebutuhan belajar murid diperlukan data yang akurat dari murid baik minat, kesiapan belajar dan profil belajar murid. Murid harus jujur ketika mengisi data kebutuhan belajar agar nanti data valid dan akurat. Data pemetaan kebutuhan belajar, dapat diperoleh melalui wawancara, angket, survey, dan lain sebagainya.

Terdapat tiga strategi diferensiasi dalam pembelajaran yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Diferensiasi Konten berkaitan dengan apa yang diajarkan kepada murid. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap kesiapan, minat, dan profil belajar murid maupun kombinasi dari ketiganya. Guru perlu menyediakan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan belajar murid. Diferensiasi proses berkaitan dengan bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari. Diferensiasi proses ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan kegiatan berjenjang, menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan yang perlu diselesaikan di sudut-sudut minat, membuat agenda individual untuk murid (daftar tugas, memvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas, dan mengembangkan kegiatan bervariasi. Selanjutnya untuk diferensiasi produk berkaitan dengan hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid sebagai hasil belajarnya. Produk yang diberikan meliputi 2 hal yaitu  memberikan tantangan dan keragaman atau variasi dan     memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. 

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan sangat berdampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan murid baik kognitif, sikap, keterampilan, serta sosial dan emosionalnya.  Hal ini dapat terlihat dari karakteristik pembelajaran berdiferensiasi itu sendiri. Murid akan terfasilitasi pembelajaran sesuai kebutuhannya. Dengan demikian ia akan berkembang secara optimal sesuai bakat, minat dan potensinya masing-masing karena setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan murid maka hal tersebut dapat menghambat murid untuk bisa maju dan berkembang belajarnya. Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap orang merasa disambut dengan baik, murid dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan murid berkolaborasi, kebutuhan belajar murid terfasilitasi dan terlayani dengan baik. Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran berdiferensiasi sangat sejalan dengan filosofi pendidikan yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara. Salah satu filosofi pendidikan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara adalah sistem “among”. Dalam sistem among guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi. Selain itu pembelajaran berdiferensiasi juga sangat erat kaitannya dengan nilai dan peran guru penggerak. Salah satu nilai dan peran yang dijalankan guru penggerak adalah menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan potensi murid. Berikutnya pembelajaran berdiferensiasi juga berkaitan erat dengan visi guru penggerak. Salah satu visi guru penggerak adalah mewujudkan merdeka belajar untuk mewujudkan profil pelajar pancasila. Agar dapat mewujudkan visi tersebut salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. 

Melalui penerapan pembelajaran berdiferensiasi, murid tidak hanya akan dimaksimalkan potensinya, tetapi juga akan dapat belajar tentang berbagai nilai-nilai kehidupan yang penting yang dapat  berkontribusi terhadap perkembangan diri mereka secara lebih holistik atau utuh. Guru perlu mengetahui bagaimana proses pembelajaran berdiferensiasi ini dapat dilakukan, dengan cara-cara yang memungkinkan guru untuk dapat mengelolanya secara efektif. Seperti apa yang disampaikan Ki Hajar Dewantara dalam tulisannya “Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.” Begitulah hendaknya seorang guru dengan tugas mulianya menuntun murid. Praktik pembelajaran berdiferensiasi ini juga akan membangun budaya positif di sekolah karena masing-masing akan bergotong royong/ berkolaborasi  dalam menjalankan perannya masing-masing untuk tercapainya tujuan yaitu mengantarkan murid yang berdaya dengan segala potensi yang dimilikinya. 

Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi bagi guru bukanlah hal mudah. Tentu ada banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi. Tetapi bukan pula tantangan dan hambatan yang dihadapi ini akan melemahkan semangat guru dalam mengantarkan murid mencapai kebahagian dan keselamatan setinggi-tingginya. Guru harus selalu memiliki jiwa pembelajar sepanjang hayat. Terus belajar dan berbagi dengan teman sejawat dalam komunitas belajar seperti MGMP atau komunitas belajar lainnya akan sangat membantu guru mewujudkan harapan tersebut. Jika guru mengalami hambatan dalam proses pembelajarannya dapat didiskusikan dan dicarikan solusi dalam komunitas belajar tersebut. Selain itu guru dapat juga mengikuti pengembangan keprofesian berkelanjutan baik mandiri maupun karena penugasan adalah cara lain guru selalu meningkatkan profesionalitasnya. Segera mencoba dan menerapkan apa yang sudah diperoleh dari pelatihan atau kegiatan pengembangan profesi tersebut meskipun belum maksimal. Berpikir terbuka dan luwes terhadap kritik dan saran yang membangun serta mau berefleksi dan mengevaluasi diri melakukan perbaikan untuk kemajuan merupakan bagian dari semangat pembelajar sepanjang hayat.  Salam guru penggerak, selalu tergerak, bergerak dan menggerakkan orang lain.  

==@kher==