PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA


Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya adalah pemimpin yang mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna, dan mendorong kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan harapan hasil akan lebih berkelanjutan. Pemimpin harus mampu meningkatkan rasa kepekaan terhadap kondisi dan situasi yang ada di sekolah dan kolaborasi harus dilakukan untuk mewujudkannya, diperlukan bergotong royong memanfaatkan segala potensi yang ada di sekolah.


Implementasi pengelolaan sumber daya akan berhasil apabila terlebih dahulu CGP melakukan pemetaan atau identifikasi 7 aset yang dimiliki sekolah serta strategi pemanfaatannya. Ketujuh aset tersebut, yaitu modal manusia, fisik, sosial, lingkungan/alam, finansial, politik serta agama dan budaya. Pengelolaan sumber daya harus fokus pada aset dan kekuatan, membayangkan masa depan, berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut,dan mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya dalam hal ini adalah aset.


Hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Hal ini menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada pada murid. Jika sudah sesuai tentu murid akan merasa bahagia karena terlibat langsung dalam proses pengelolaannya. Selain itu, juga akan bahagia karena menjadi bagian sebuah proses. Hal ini akan membuat murid merasa memiliki aset yang ada di kelas dan sekolah mereka.

Dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:

  1. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking). Pendekatan ini akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

  2. Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.  

Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya sebaiknya sekolah lebih menekankan pada pendekatan berbasis aset. Selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.


Kaitan dengan Filosofi Pendidikan KHD

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah suatu proses memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai  keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karenanya sebagai seorang pemimpin dituntut untuk mampu mengelola salah satu aset berharga sekolah, yakni manusia (guru dan murid). Pemimpin membimbing dan mengarahkan agar guru menjalankan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga anak dapat berkembang sesuai kodratnya (kodrat alam dan kodrat zaman).

Nilai-nilai guru penggerak seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid perlu diimplementasikan dan terapkan oleh setiap guru. Nilai-nilai ini menjadikan murid yang memiliki profil pelajar pancasila. Penyusunan visi misi di sekolah menjadi tantangan kepada guru penggerak karena kedua hal tersebut menjadi acuan akan pelaksanaan sekolah. Visi misi harus berpihak kepada murid, karena murid merupakan aset sekolah. Visi misi tersebut harus menjadi acuan yang dapat menggerakan warga sekolah untuk melakukan perubahan yang berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran.

Seorang pemimpin juga dituntut mampu melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan profil siswa atau yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi ini maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memetakan aset atau sumber daya yang dimiliki utamanya aset manusia yaitu siswa. Sebagai seorang pemimpin kita harus memahami sisi sosial emosional siswa, sehingga ketika ada siswa kita yang mengalami permasalahan maka kita akan dapat memberikan layanan berupa coaching Coaching bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa untuk dapat dikembangkan secara maksimal.

Seorang pemimpin juga harus memiliki strategi yang tepat dalam melakukan pemberdayaan sumber daya sekolah. Tahapan-tahapan pengambilan keputusan harus dilakukan secara tepat agar dapat memiliki dampak yang baik terhadap sekolah. Ada 9 langkah yang perlu diambil ketika mengambil dan membuat keputusan.


Pemikiran yang Sudah Berubah di Diri  Setelah Mengikuti Proses Pembelajaran

Setelah mempelajari modul 3.2 tentang ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’, wawasan saya mengenai pengelolaan semakin bertambah. Saya dapat mengidentifikasi komponen-komponen/aspek yang ada di dalam sekolah sebagai sumber daya yang tersedia. Pengembangan terhadap faktor-faktor sekolah tersebut menjadi lebih terfokus dan efisien karena pemahaman akan sumber daya sekolah yang semakin meningkat. Saya belajar tentang tahapan B-A-G-J-A yang memandu saya dalam melakukan pengelolaan sumber daya.


Salam guru penggerak, selalu tergerak, bergerak, dan menggerakkan orang lain.

==@kher==