Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang
Pendidikan
Pada awalnya saya masih sering berpikir bahwa murid adalah anak didik
yang harus didik dengan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan beban materi yang ada dalam kurikulum. Setiap hari saya berusaha memberikan materi sesuai rencana-rencana pembelajaran yang sudah saya susun sebaik mungkin.
Setiap anak
memiliki kodratnya masing-masing yang sudah digariskan walaupun masih samar-samar,
maka tugas seorang pendidik adalah menebalkan
garis samar-samar dengan cara membimbing, menuntun, dan mengarahkan agar murid kita menemukan jati dirinya, menemukan potensi yang dimiliki sesuai bakat
minatnya agar menjadi manusia yang merdeka untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Selain itu,
hal yang terpenting dalam Pendidikan adalah memberikan pendidikan akhlak atau budi pekerti. Peran
orangtua ketika dirumah, peran guru ketika berada di sekolah dan peran
masyarakat ketika di lingkungan sekitarnya sangat penting untuk mendidik
dan menjadi teladan atau panutan dalam melakukan sikap-sikap terpuji dan tindakan positif, sehingga anak-anak mencontoh hal-hal baik tersebut, menjadi
anak yang beriman
dan bertaqwa kepada tuhan yang Maha Esa, mandiri, gotong royong, bernalar
kritis, kreatif dan kebhinekaan global yang sesuai dengan profil pelajar
pancasila.
Pendidikan
yang kita berikan sudah seharusnya sesuai dengan kodrat keadaan, sesuai tuntunan alam dan zamannya. Saat ini setiap anak harus memiliki
keterampilan abad 21 yang meliputi berpikir kritis,
kreatif, kolaboratif dan komunikatif. Sebagai guru sudah menjadi tugasnya untuk
menumbuhkan dan melatih keterampilan tersebut dalam setiap pendampingan dan
pendampingan yang dilakukan dengan baik.
Ketika
pembelajaran di kelas, anak-anak sering sekali tidak memperhatikan penjelasan
guru. Mereka lebih asyik dengan bermain dan bercanda bersama teman-temannya.
Sebagai seorang pendidik kita harus memahami bahwa bermain adalah kodrat anak.
Guru harus menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar
sesuai dengan kodrat anak. Dengan bermain anak dapat mengolah cipta dan rasa
sehingga menjadi sebuah karya dan budi pekerti. Anak yang terpenuhi kodratnya
akan tumbuh menjadi insan yang memiliki budi pekerti yang baik atau yang
dikenal dengan akhlak yang terpuji.
Seorang
pendidik diibaratkan sebagai petani dan anak didik kita diibaratkan sebagai
bibitnya. Petani harus merawat, memberi air, menyiangi gulma dan memberi pupuk
agar kelak berbuah lebih baik dan banyak lagi. Namun, petani tidak mungkin
dapat mengubah bibit mangga menjadi anggur, karena itu merupakan kodrat alam
dan dasar yang harus diperhatikan dalam pendidikan dan itu di luar kecakapan
atau kehendak kita sebagai pendidik.
Pendidikan
yang diberikan harus berpihak kepada anak, kita tidak bisa memaksakan kehendak
yang kita inginkan. Anak adalah sang pemeran utama yang merupakan subjek bukan
objek pendidikan. Guru dan murid harus berkolaborasi bersama untuk menggali dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya dan dapat mengakomodasi karakteristik
masing-masing agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Apa yang bisa
segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hajar
Dewantara? Yang segera akan saya terapkan dalam pembelajaran yang mencerminkan
pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah: mendesain dan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan,
menarik dan berpusat pada peserta didik (student centered). Dalam hal
ini saya menggunakan model pembelajaran cooperative
learning dan metode permainan, sehingga siswa akan terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Selain itu, pembinaan dan pembiasaan
pendidikan budi pekerti, baik di sekolah maupun di rumah harus lebih
ditingkatkan dan dikontrol oleh semua pihak. Dalam hal ini peran guru, orang
tua dan masyarakat sangat penting dalam mengontrol dan menjadi panutan atau
teladan bagi siswa agar menjadi pelajar yang memiliki kompetensi global dan
berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Rancangan Tindakan Untuk
Aksi Nyata
Rancangan ini
dilatarbelakangi oleh kondisi bahwa pembelajaran yang terjadi saat ini lebih
didominasi oleh guru (teacher
centered), sehingga murid hanya mendengarkan, menjawab soal dan mengikuti apa yang
diarahkan oleh guru. Selain itu, orangtua selalu mengandalkan pendidikan di
sekolah baik pendidikan budi pekerti maupun pengetahuan kognitifnya,
sehingga orang tua tidak merasa mempunyai kewajiban untuk mendidik anaknya di
rumah. Untuk itu, disusunlah rancangan tindakan ini yang berguna sebagai
pedoman dalam mewujudkan aksi nyata pembelajaran yang sesuai dengan filosofi
pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Tolak ukur
dalam aksi nyata ini adalah terciptanya suasana belajar yang menyenangkan bagi
anak, potensi anak berkembang sesuai dengan kodratnya serta terwujudnya
siswa-siswa yang memiliki budi pekerti. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan
dari seluruh stakeholder yang
ada di lingkungan sekolah, orang tua siswa dan semua lapisan masyarakat.
Kepala
sekolah berperan untuk memonitoring serta mengevalusi kegiatan pembelajar
yang sesuai dengan profil Pancasila. Guru berperan untuk memberikan bimbingan
dan teladan kepada siswa, Mengembangkan dan melakukan fasilitasi terhadap
siswa. Orang tua berperan untuk memberikan bimbingan dan teladan saat di rumah,
dan masyarakat berperan sebagai pendukung dalam mengawasi perilaku siswa di
luar lingkungan sekolah.
Tindakan yang
akan dilakukan :
1. Mendesaian dan
melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dengan menggunakan
pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan STEM
2. Memberikan pendidikan budi
pekerti dengan melaksanakan pembiasaan dalam kegiatan keagamaan di sekolah
maupun di rumah, dan menumbuhkan sikap sopan santun, disiplin, gotong royong
dan kreatif pada siswa.
3. Melakukan koordinasi
dengan pihak kepala sekolah, guru dan orangtua siswa untuk mewujudkan
pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa serta yang sesuai dengan
pemikiran Ki Hajar Dewantara
Tindakan aksi
nyata ini diharapkan dapat mengubah pembelajaran yang berpusat pada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pemikiran
Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan Indonesia yang merdeka untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pada tugas koneksi antar materi saya mendesain sebuah strategi
pembelajaran dalam mewujudkan pemikiran KHD - ‘Pendidikan yang Berpihak pada
Murid’ - dalam sebuah karya video pendek, mempublikasikan sebagai wujud
pemahaman, pemaknaan dan penghayatan yang saya praktekkan, kembangkan dan
diterapkan di kelas saya.
Video
ini diambil pada saat proses pembelajaran kimia materi Polimer. Pada video ini
saya menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan STEM untuk mendorong
murid mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan melatih
kerjasama serta kemampuan komunikasi ditengah tuntutan perubahan zaman dimana
murid harus mampu menjawab tantangan perubahan era global, tantangan pendidikan
abad 21 dengan tanpa meninggalkan budaya lokal yang luhur. Untuk itu pada
penugasan pada murid saya mendorong murid untuk mengeksplore potensi yang ada
di sekitar mereka sebagai sumber belajar dan menumbuhkan kepekaan terhadap
fenomena yang ada serta mencari solusi atas permasalahan lingkungan sekitar
misalnya terkait masalah sampah plastik yang merupakan bahan polimer dikaitkan
dengan topik pembelajaran yang sedang di bahas.
Selamat menyaksikan video pada
link berikut dan mohon saran serta masukan dari karya video saya ini.
Terima kasih
LINK VIDEO:
https://drive.google.com/file/d/1e5Ne5twSAq-CajZ6XWj0sWyM5erMCA-T/view?usp=sharing
0 Comments